Selasa, 09 Februari 2010

Mengatasi Kecemburuan Kakak-Adik


Ahmad, bocah mungil yang belum genap tiga tahun itu menghentakkan kakinya ke lantai dengan marah. Ia siap melempar mainannya ke arah Uminya yang sedang menyusui adiknya yang belum genap tiga minggu. Umi Ahmad hanya bisa mengelus dada. Sejak kelahiran adik baru, tingkahnya berubah 180 derajat. Ahmad kecil yang tadinya sangat penurut tiba-tiba suka berteriak-teriak, marah-marah dan bertambah cengeng. Sedikit saja kemauannya tidak dituruti, ia akan mengamuk. Yang jadi sasaran utama biasanya Umi atau adik barunya. Entah menggigit, melempar barang, atau memukul.

Sebagaimana anak-anak pada umumnya, apa yang terjadi pada Ahmad kecil itu wajar saja. Begitulah anak-anak. Mereka membutuhkan proses untuk mengerti dan menerima kehadiran adik baru. Kita bisa membayangkan, selama ini perhatian Uminya sebagai orangtua berpusat pada Ahmad. Namun, setelah adanya adik baru, perhatian Umi “terbagi”.

Rasa cemburu kakak kepada adik barunya biasanya terjadi jika kakak masih berusia 1-3 tahun. Pada rentang usia ini anak masih sangat bergantung pada orangtua (ibu) untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka belum belajar untuk berbagi ibu kepada yang lain dan adik baru bisa mengancamnya. Setelah usia 3 tahun, anak menjadi lebih mandiri, tidak terlalu bergantung kepada orangtua (ibu) untuk pemenuhan kebutuhannya. Reaksi ketidak-terimaan itu biasanya berbeda-beda pada tiap anak. Ada yang bereaksi dengan mengamuk seperti Ahmad, ada juga yang bahkan menjadi sangat pendiam dan tidak pernah berulah. Namun, pada dasarnya ia menyimpan sebuah tekanan yang sangat besar dan berat.

Persiapan menyambut adik baru jauh-jauh hari memang mesti dilakukan, terutama agar si kakak dapat siap menerima saat si adik datang. Namun, jika hal itu tidak dilakukan, tidak ada kata terlambat jika kita mengajarkannya setelah adik lahir. Lalu apa saja yang semestinya orangtua lakukan agar kakak tidak cemburu dengan adik barunya? Berikut beberapa langkahnya.

1. Siapkan mental kakak sebelum adik lahir.
Jauh sebelum adik lahir libatkan calon kakak dengan aktivitas yang berhubungan dengan menyambut kehadiran adik barunya. Misalnya, dengan menyiapkan nama, menata kamar adik bayi dan sebagainya. Beri pemahaman terus menerus jika dia akan punya adik yang harus disayanginya. Selama kehamilan, bangun rasa memiliki dan gembira menyambut kelahiran adik dengan mengatakan jika dia akan punya teman bermain bukannya pesaing. Agar ia tak terkejut, ceritakan sejak awal, bahwa yang namanya bayi itu memang sering menangis karena belum bisa berbicara, akan sering menyusu dan minta digendong. Berikan kakak pengertian, bahwa ketika adik lahir, akan sangat repot mengurus adik bayi. Jadi, ibu tidak bisa menemaninya sesering dulu. Mintalah “bantuannya” untuk mau main sendiri, bahkan membantu sesuai kemampuannya. Saat belanja keperluan bayi, jika mengajak kakak, jangan lupa membelikan sesuatu untuknya agar dia tak merasa dinomorduakan. Siapkan hadiah juga untuk kakak, karena biasanya bingkisan datang untuk si adik saja. Ini bisa memicu rasa cemburu kakak. Anak yang diberi pengertian sejak awal, juga diajak “menyambut” adik baru, insya Allah akan lebih mudah diarahkan.

2. Libatkan kakak setelah adik lahir.
Setelah adik lahir, libatkan kakak dalam merawat adik sehari-hari. Ibu bisa meminta bantuannya untuk mengambilkan baju, meletakkan popok basah di ember, mengajak memandikan adik atau bahkan membantu mendiamkan ketika adiknya menangis. Jangan lupa ucapkan terima kasih jika kakak dapat melakukannya dengan baik. Jika ada yang berkunjung dan membawa bingkisan untuk adik, mintalah kakak membuka bingkisan dari tamu dan ceritakan jika hal yang sama terjadi saat dirinya lahir. Jika perlu, terus berada di sampingnya saat tamu berkunjung dan menggendong adik bayi, agar kakak tidak merasa diabaikan. Akan lebih baik lagi jika dapat memperlihatkan foto atau rekaman masa bayinya. Dengan foto atau rekaman tersebut, ibu bisa memberikan pemahaman, bahwa ketika bayi pun, kakak seperti adiknya, menangis, digendong, dipeluk, disayangi dan mendapatkan perhatian dari semua orang. Dengan demikian, kakak akan belajar memahami, bahwa adik bayi memang masih sangat memerlukan bantuan orang lain, dan ia akan mulai mengerti dan menaruh empati pada adik bayinya.

3. Luangkan waktu.
Agar kakak tak cemburu, jangan lupa meluangkan waktu untuknya, Sediakan waktu untuk menemaninya bermain saat adik bayi sedang tidur. Sebisa mungkin tetap melakukan kebiasaan merawat kakak seperti dulu. Misalnya menyiapkan sarapan, membuatkan susu dan membacakan dongeng sebelum tidur. Luangkan waktu secara khusus setiap harinya, sesuai skala prioritas. Awasi dia lebih banyak daripada yang biasa dilakukan. Anak-anak akan menghargai saat-saat berharga ini. Setiap anak punya kebutuhan berbeda. Jangan lupa, sesibuk apa pun mengurus si adik, curahan perhatian kepada sang kakak jangan sampai berkurang porsinya. Dengan demikian, kecemburuan si kakak pada adiknya bisa diminimalkan dan persaingan di antara mereka dapat dihindarkan. Yakinkan bahwa ia tetap mendapat perhatian yang sama, meskipun ada adik. Buktikan hal tersebut dengan tidak selalu menyalahkan kakak dan memenangkan adik. Begitu pula ketika menyadari telah mengabaikannya, segera luangkan waktu untuk menemaninya bermain atau melakukan aktifitas yang disukai.

4. Berikan pujian atau hadiah.
Berikan pujian atau hadiah jika kakak mau bekerjasama, bersikap kooperatif. Pujian atau hadiah diberikan untuk memperkuat perilaku agar anak mengerti bahwa, perilaku inilah yang diharapkan dari anak. Puji dan beri perhatian lebih bila anak-anak bersikap baik. Ibu bisa memberikan pujian semacam, “Subhanallah, kakak pintar sekali, shalih, sudah bisa ambil susu sendiri. Umi bangga sama kakak, sambil dipeluk erat atau acungkan jempol.” Atau berikan hadiah sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Memberikan hadiah akan menumbuhkan rasa cinta.

5. Hindari membandingkan.
Masing-masing anak adalah individu yang unik. Oleh sebab itu, berikan mereka perhatian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka masing-masing. Kompetisi memang sering dilakukan orang tua untuk memotivasi anak-anak. Namun, jangan sampai membanding-bandingkan si adik dengan kakaknya, atau sebaliknya, karena justru akan menimbulkan kecemburuan. Perhatikan potensinya, dan kembangkan dengan memberikan latihan-latihan atau kegiatan khusus. Membandingkan juga tidak sehat karena membuat anak jadi kecil hati dan melunturkan rasa percaya dirinya. Lebih baik, bantulah ia untuk berpikir positif dan besarkan hatinya. Berikan terus motivasi kepada anak . Misalnya ketika kakak akan memakai baju, katakan kepadanya, “Ibu yakin kamu sudah bisa pakai baju sendiri. Ayo coba, ibu mau lihat bagaimana caranya.” Jangan lupa berikan senyuman yang paling manis atau pujian jika kakak menunjukan suatu perkembangan positif dalam hal apa pun.

6. Dengarkan perasaan anak.
Mendengarkan perasaan anak penting untuk mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi penyebab kecemburuan. Cobalah gali perasaannya dengan meminta anak bercerita. Akan tetapi, hindari pertanyaan yang membuat anak malah tak mau mengungkapkan perasaannya. Ajak anak berdialog dari hati ke hati. Jangan salah, kebutuhan attachment anak dengan orangtua (ibu) masih tinggi. Oleh sebab itu, saat berkomunikasi dengannya, tunjukkan bahwa orangtua dapat mengerti dan memahami perasaannya secara tepat, dan tunjukan pula perhatian yang tulus.

7. Bersikap adil jangan pilih kasih.
Adik baru memang akan selalu menjadi pusat perhatian. Namun, jangan sampai orangtua (ibu) melalaikan kakak atau anak-anak yang lain. Mereka pun memiliki hak yang sama untuk diperhatikan. Ketidakadilan dan sikap pilih kasih orang tua terhadap anak-anak akan menimbulkan rasa cemburu dan dengki dalam jiwa anak karena merasa dirinya disisihkan. Karena itulah, Rasulullah saw. telah menerangkan bagaimana cara memperlakukan anak dengan adil dan tidak pilih kasih. Rasulullah saw. bersabda:

اتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوا فِي أَوْلاَدِكُمْ
Bertakwalah kepada Allah, bersikaplah adil terhadap anak-anak kalian (HR Muslim).
Mengistimewakan satu atas yang lainnya akan memberikan dampak yang buruk terhadap anak, yaitu munculnya sikap cemburu, iri, dengki bahkan permusuhan yang dapat berujung pada pemutusan tali persaudaraan. Selain itu, sikap pilih kasih juga akan mengakibatkan memburuknya hubungan anak dengan orangtua. Akibatnya, hubungan anak dengan orangtua pun menjadi tidak harmonis.

8. Mintalah bantuan orang ketiga.
Jika kakak memang kemudian membuat ulah dan susah dikendalikan, maka bisa saja mempekerjakan pengasuh untuk membantu menjaga adik bayi pada saat-saat tertentu, agar ibu tetap bisa memperhatikan si kakak. Buatlah komitmen dengan suami untuk saling bekerjasama dalam mengurus dan merawat anak. Misalnya, saat adik bayi menangis, suami harus segera tanggap untuk mengalihkan perhatian si kakak.

Dengan mengajarkan hal-hal tersebut, diharapkan kakak akan senang menyambut kelahiran adik baru dan menyayanginya dengan tulus. Karena dengan saling menyayangi keharmonisan hubungan kakak adik akan terjalin dengan erat, dan akan membuat kedua orang tuanya bahagia.
Wallâhu a’lam bi ash-shawâb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar